FIQIH, Apakah bersentuhan kulit dengan anak tiri dapat membatalkan wudhu' ? - KitabKuning90 -->

FIQIH, Apakah bersentuhan kulit dengan anak tiri dapat membatalkan wudhu' ?

ما معنى المصاهرة ؟ 
هل يبطل الوضوء اذا لمس بربيبة بنت زوجته ؟





Apakah Bersentuhan Kulit Dengan Anak Tiri Yang Berlainan Jenis Dapat Membatalkan Wudhu’ ?
Berawal dari pertanyaan tersebut, merasa panting bagi kami untuk sedikit memberi uraian tentang kejelasan status muhrimnya anak tiri dalam keluarga agar jeles pula hukum batal atau tidaknya wudhu’ ketika bersentuhan kulit dengan anak tiri tersebut.

Tentu sebuah hal yang sudah sangat dimaklumi bahwa salah satu sebab yang dapat membatalkan wudhu’ adalah bersentuhan kulit antara laki laki dan wanita yang bukan muhrim/mahram. Adapun bersentuhan dangan muhrim maka tidak membatalkan wudhu’, Yang dimaksud dengan muhrim adalah seseorang yang haram dinikahi.

Sebutnya muhrim bagi seseorang disebabkan karena 3 hal yang dalam syara’ diistilahkan dengan :
1.    Nasab (نسب)
2. Ridha’ (رضاع)
3. Mushaharah (مصاحرة)

Sebagaimana yang di jelaskan dalam kitab Tuhfatut Thullab bi Syarhi Tahriir Tangqih Al Lubab, juz 1, hal 70 :

(لا) تلاقي بشرتي ذكر و أنثى (مُحَرَّم) له بنسب او رضاع او مصاهرة فلا نقض بذالك.
(تحفة الطلاب بشرح تحرير تنقيح اللباب،1 ،70)

“Tidak dinyatakan berhadast dengan sebab bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang muhrim/mahram, yang sebutnya dengan nasab, ridha’, atau mushaharoh, maka tidak runtuhlah wudhu’ dengan sebab demikian.”

Mengenai status anak tiri, banyak orang orang khususnya dikalangan awam yang meragukan kepastian sebut muhrim bagi seorang anak tiri dalam keluarga, di sebabkan jelasnya status anak tiri bukanlah keluarga yang masuk dalam kategori nasab/keturunan, bukan satu ridha’/satu persusuan, dan juga diragukan tergolongnya dalam mushaharoh, karena dalam kata mushaharoh hanya difahami sebatas “pertuanan” yang hanya berlaku antara mertua dan menantu saja, padahal arti mushaharoh dalam syar’i tidaklah hanya sebatas itu....tapi jelas disebutkan dalam “Hasyiyah Syaikh ‘Abdul Hamid As Syarwani ‘Ala Syarhi Tuhfatul Muhtaj, Juz 1, Hal 148:”

قال عبد الحميد الشرواني في حاشيته على شرح تحفة المحتاج :
(او مصاهرة)اي ارتباط يشبه القرابة كما في أم الزوجة و بنتها و زوجة الاب و الابن. 
(حاشية الشيخ عبد الحميد الشرواني علي شرح تحفة المحتاج، 1،148)

“Mushaharoh artinya sebuah hubungan keluarga yang serupa dengan qorobat seperti halnya pada ibu istri(ibu mertua), anak istri(anak tiri), istri ayah(ibu tiri), dan istri anak(menantu).”

    Dari uraian tersebut dapat kita fahami bahwa arti mushaharoh dalam syar’i adalah hubungan keluarga yang berlakunya sama seperti qorobat, maka status qorobat qorobat dalam keluarga yang sebut muhrimnya dengan sebab nasab, status itu berlaku pula pada hubungan mushaharoh dalam menggolongkan mereka kedalam muhrim.

     Maka atas dasar demikian, berarti status anak tiri dalam keluarga juga tergolong kedalam muhrim, karena status ank tersebut sederajat dengan posisi anak kandung dalam qorobat yang sebut muhrimnya dengan nasab, begitu juga status ibu tiri yang tergolong kedalam muhrim pula karena posisinya sederajat dengan posisi ibu kandung dalam qorobat yang sebut muhrim dengan nasab.

    Mahram (perempuan-perempuan yang haram dinikahi) ada dua macam, yaitu :

Mahram ‘ala ta’bid (haram dinikahi selamanya), mereka ada 18 perempuan, terbagi dalam 3 sebab :

Pertama: sebab senasab, ada 7 perempuan, yaitu : ibu kandung ke atas  (nenek, ibu nenek seterusnya), anak perempuan kandung ke bawah (cucu, anak cucu seterusnya), saudara perempuan baik sekandung, sebapak atau seibu, saudara perempuan bapak, saudara perempuan ibu, anak perempuan saudara laki-laki dan anak perempuan saudara perempuan.



Kedua : sebab persusuan, ada 7 perempuan sama pembahasannya seperti pada sebab senasab.

Ketiga : sebab perkawinan, ada 4 perempuan, yaitu : ibu istri (mertua), anak perempuan istri (anak tiri) jika terjadi hubungan badan dengan ibunya, istri ayah (ibu tiri) dan istri anak (menantu).

Selain mereka haram untuk dinikahi, bersentuhan dengan mereka tidak membatalkan wudhu, juga boleh untuk saling bertatap muka.


    Mahram bil jam’i (haram dinikahi karena sebab penggabungan), yaitu dua orang perempuan yang terdapat hubungan senasab atau sepersusuan. Gambarannya  : jika salah satu diantara keduanya menjadi laki-laki, maka haram baginya menikahi yang lainnya, contoh : dua perempuan bersaudara, jika salah satu diantara keduanya digambarkan lelaki, maka haram untuk menikahi saudaranya. Demikian pula seorang perempuan dengan saudari bapak atau saudara ibu (bibi dari ibu dan bapak).

      Oleh karena itu, haram bagi seorang untuk menggabung dalam perkawinan antara dua bersaudara atau antara keponakan dan bibinya kecuali setelah mentalak ba’in istrinya atau sepeninggal istrinya atau setelah habis masa iddahnya.


   Mahram bil jam’i di atas, haram untuk dinikahi karena sebab penggabungan seperti keterangan di atas, namun bersentuhan dengannya tetap membatalkan wudhu serta haram untuk saling bertatap muka.




Referensi;

المفتاح لباب النكاح /24-25
المحرمات على التأبيد ثمان عشرة، سبع من النسب مذكورات في قوله تعالى ” حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ ” ، وسبع من الرضاع وهن : الأم والبنت والأخت والعمة والخالة وبنت الأخ وبنت الأخت من الرضاع. واربع بالمصاهرة وهن : ام الزوجة وبنت الزوجة اذا دخل بالأم وزوجة الأب وزوجة الإبن.
المحرمات بالجمع كل امرأتين بينهما نسب او رضاع لو فرضت احداهما ذكرا مع كون اللأخرى انثى حرم تناكحهما كالأختين وكالمرأة وعمتها والمرأة وخالتها، فمن تزوج حرم عليه نكاح نحو اختها حتى تبين منه الأولى كأن تموت او يطلقها طلاقا بائنا او رجعيا وتنقضي عدتها بالنسبة للطلاق الرجعي

حاشية الجمل – (ج 17 / ص 20)
( وَحَرُمَ ) ابْتِدَاءً وَدَوَامًا ( جَمْعُ امْرَأَتَيْنِ بَيْنَهُمَا نَسَبٌ أَوْ رَضَاعٌ لَوْ فُرِضَتْ إحْدَاهُمَا ذَكَرًا حَرُمَ تَنَاكُحُهُمَا كَامْرَأَةٍ وَأُخْتِهَا أَوْ خَالَتِهَا ) بِوَاسِطَةٍ أَوْ بِغَيْرِهَا قَالَ تَعَالَى { وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ } وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { لَا تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ عَلَى عَمَّتِهَا وَلَا الْعَمَّةُ عَلَى بِنْتِ أَخِيهَا وَلَا الْمَرْأَةُ عَلَى خَالَتِهَا وَلَا الْخَالَةُ عَلَى بِنْتِ أُخْتِهَا لَا الْكُبْرَى عَلَى الصُّغْرَى وَلَا الصُّغْرَى عَلَى الْكُبْرَى } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَغَيْرُهُ وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَذَكَرَ الضَّابِطَ الْمَذْكُورَ مَعَ جَعْلِ مَا بَعْدَهُ مِثَالًا لَهُ أَوْلَى مِمَّا عَبَّرَ بِهِ وَخَرَجَ بِالنَّسَبِ وَالرَّضَاعِ الْمَرْأَةُ وَأَمَتُهَا فَيَجُوزُ جَمْعُهُمَا وَإِنْ حَرُمَ تَنَاكُحُهُمَا لَوْ فُرِضَتْ إحْدَاهُمَا ذَكَرًا وَالْمُصَاهَرَةُ فَيَجُوزُ الْجَمْعُ بَيْنَ امْرَأَةٍ وَأُمِّ زَوْجِهَا أَوْ بِنْتِ زَوْجِهَا وَإِنْ حَرُمَ تَنَاكُحُهُمَا لَوْ فُرِضَتْ إحْدَاهُمَا ذَكَرًا ( فَإِنْ جَمَعَ ) بَيْنَهُمَا ( بِعَقْدٍ بَطَلَ ) فِيهِمَا إذْ لَا أَوْلَوِيَّةَ لِإِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى ( أَوْ بِعَقْدَيْنِ فَكَتَزَوُّجٍ ) لِلْمَرْأَةِ ( مِنْ اثْنَتَيْنِ ) فَإِنْ عُرِفَتْ السَّابِقَةُ وَلَمْ تُنْسَ بَطَلَ الثَّانِي أَوْ نُسِيَتْ وَجَبَ التَّوَقُّفُ حَتَّى يَتَبَيَّنَ وَإِنْ وَقَعَا مَعًا أَوْ عُرِفَ سَبْقٌ وَلَمْ تَتَعَيَّنْ سَابِقَةٌ وَلَمْ يُرْجَ مَعْرِفَتُهَا لَوْ جُهِلَ السَّبْقُ وَالْمَعِيَّةُ بَطَلَا وَبِذَلِكَ عُلِمَ أَنَّ تَعْبِيرِي بِذَلِكَ أَوْلَى مِنْ قَوْلِهِ أَوْ مُرَتَّبًا فَالثَّانِي

حاشيتا قليوبي – وعميرة – (ج 1 / ص 141)
قَوْلُهُ : ( مَنْ حَرُمَ نِكَاحُهَا إلَخْ ) فَتَنْقُضُ بِنْتُ الزَّوْجَةِ قَبْلَ الدُّخُولِ بِأُمِّهَا ، وَتَنْقُضُ أُخْتُهَا وَعَمَّتُهَا مُطْلَقًا ، وَكَذَا تَنْقُضُ أُمُّ الْمَوْطُوءَةِ بِشُبْهَةٍ وَبِنْتُهَا وَإِنْ حُرِّمَتَا أَبَدًا عَلَيْهِ ، لِأَنَّ وَطْءَ الشُّبْهَةِ لَا يَتَّصِفُ بِحِلٍّ وَلَا حُرْمَةٍ ، فَلَا تَثْبُتُ بِهِ الْمَحْرَمِيَّةُ ، بِخِلَافِ النِّكَاحِ وَمِلْكِ الْيَمِينِ ، وَهُمَا الْمُرَادُ بِالسَّبَبِ الْمَذْكُورِ فِي الضَّابِطِ الْآتِي ، وَيَنْقُضُ زَوْجَاتُ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمْ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ، وَلِذَلِكَ ضَبَطُوا الْمَحْرَمَ بِمَنْ حَرُمَ نِكَاحُهَا عَلَى التَّأْيِيدِ بِسَبَبٍ مُبَاحٍ لِحُرْمَتِهَا 


Cukup sekian dulu informasinya....... Mohon kritikan dimana yang salah........

Wassalam........!

Baca juga : Arti Dalalah dalam ilmu mantiq

USAHA TANPA MODAL.......YUK JADI AGEN BUKALAPAK, DAPATKAN KOMISINYA 5% DARI SETIAP TRANSAKSI YANG DILAKUKAN MELALUI AKUN MU........., TUNGGU APA LAGI........., KLIK DI SINI UNTUK MENDAFTAR, DAN DAFTARKAN DIRIMU TANPA MODAL DAN RESIKO SEDIKITPUN.

0 Response to "FIQIH, Apakah bersentuhan kulit dengan anak tiri dapat membatalkan wudhu' ?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel