Terjemahan Kitab Khamsatun Mutun | Matan Jauharah Al-Tauhid | Tentang Kewajiban Mukallaf - Iman Dan Islam | Nazham Ke 9 s/d 22 (Kitabkuning90) - KitabKuning90 -->

Terjemahan Kitab Khamsatun Mutun | Matan Jauharah Al-Tauhid | Tentang Kewajiban Mukallaf - Iman Dan Islam | Nazham Ke 9 s/d 22 (Kitabkuning90)

KEWAJIBAN ATAS MUKALLAF
Terjemahan Kitab Khamsatun Mutun | Matan Jauharah Al-Tauhid | Kewajiban Mukallaf - Iman Dan Islam
Kitab Matan Jauharah Tauhid
فَكُلُّ مَنْ كُلِّفَ شَرْعًا وَجَبَا    عَلَيْهِ أَنْ يَعْرِفَ مَا قَدْ وَجَبَا
"Maka (Bermula) tiap-tiap man/orang yang dibebankan hukum (akannya man) pada syara’, (itu) wājib ([1]) diatasnya (man) oleh bahwa mengetahui (ia man) (akan) ma/sifat yang sungguh wājib (ia ma/sifat)”,
للهِ وَالْجَـائِزَ وَالْمُمْـتَـنِعَـا    وَمِثْلُ ذَا لِرُسْلِـهِ  فَاسْتَمِعَـا
“Bagi Allah dan (wājib mengetahui) (akan) yang Jāiz/harus dan (akan) yang mustahil. Dan (Bermula) seumpama ini (sifat yang wājib, jāiz dan mustahil) (itu tsābit) bagi Rasulnya (Allah), maka sungguh ([2]) dengarkanlah (oleh mu)".

([1]) Alif pada “wajaba” adalah alif  ithlāq, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.22)
 ([2]) Alif pada kata “fastami’ā” adalah alif hasil perpalingan nun taukid bermakna sungguh, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.24)

تكليف: إلزام ما فيه كلفة
"Membebankan suatu perbuatan yang berat".
واجب عقلى: ما لا يتصور في العقلى عدمه
"Sesuatu yang tidak diterima oleh akal dengan ketiadaannya".
مستحيل عقلى: ما لا يتصور في العقلى وجوده
" Sesuatu yang tidak diterima oleh akal dengan keberadaan".
جائز عقلى : ما يصح فى العقلى وجوده وعدمه
"Sesuatu yang diterima oleh akal tentang ada dan tidaknya".

إِذْ كُلُّ مَنْ قَلَّدَ فِى التَّوْحِيْدِ    إِيْمَانُمُهُ  لَمْ يَخْلُ مِنْ تَرْدِيْـدِ
"Karena (Bermula) tiap-tiap man/orang yang ikut-ikutan (ia man) pada tauhid, (itu) (Bermula) imannya (man) (itu) tidak sunyi (ia iman) dari keraguan ([1])”.
فَفِيْهِ بَعْضُ الْقَوْمِ يَحْكِى الْخُلْفَا    وَبَعْضُهُمْ حَقَّقَ فِيْهِ الْكَشْفَ
Maka padanya (masalah taqlīd) menghikayah oleh Sebagian ulama (akan) khilaf, dan (Bermula) sebagian mereka (ulama yang lain) (itu) memastikan (ia sebagian ulama) padanya (masalah taqlīd) (akan) kejelasan([2])”.
فَقَالَ إِنْ يَجْزِمْ بقَوْلِ الْغَـيْرِ    كَفَى وَإِلاَّ لَمْ يَزَلْ فِى الضَّيْرِ
“Maka berkata (ia sebagian ulama) (akan): jika meyakini (ia muqallid) dengan perkataan orang lain, niscaya memada (ia iman), dan  jika tidak (diyakini), niscaya senantiasa (ia muqallid) (itu tsābit) dalam kesesatan".

 ([1])Tardīd” bermakna “taraddud”=keraguan, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.25)
([2])Al-Kasyfā” bermakna “Al-bayān”=kejelasan, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.26)

التقليد: الأخذ بقول الغير من غير أن يعرف دليله
"Berpedoman kepada orang lain tanpa mengetahui dalilnya". 
Pengikut: مقلِّد  sedangkan Yang diikuti: مقلَد 

وَاجْزِمْ بِأَنَّ أَوَّلاً مِمَّا  يَجِبْ    مَعْرِفَةٌ وَفِيْهِ خُلْفٌ مُنْتَصِبْ
"Dan Yakinilah (oleh mu) dengan bahwa sungguh yang pertama kali dari pada ma/sesuatu yang wājib (ia ma/sesuatu) (itu) mengenal (Allah), dan (tsābit) padanya (demikian masalah) (itu) perbedaan pendapat yang terjadi (ia perbedaan pendapat)".

Wajib yang dimaksudkan di sini adalah wajib syar‘î.
واجب شرعى: ما يثاب على فعله ويعاقب على تركه 
"Sesuatu apabila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan mendapat dosa".

فَانْظُرْ إِلَى نَفْسِكَ ثُمَّ انْتَقِلِ    لِلْعَالَمِ الْعُلْوِىِّ ثُمَّ السُفْـلِىْ
"Maka perhatikanlah (oleh mu) kepada diri mu, kemudian pindahlah (oleh mu) bagi alam yang di atas, kemudian alam yang dibawah”,
تَجِدْ بِهِ صُنْعًا بَدِيْعِ الْحِكَمِ    لَكِنْ بِهِ قَامَ دَلِيْلُ الْعَـدَمِ
“Niscaya kamu dapati padanya([1]) (alam) (akan) ciptaan yang bagus hikmah-hikmahnya, (akan) tetapi dengannya (ciptaan tersebut) terdapat(lah) dalil ‘adam/pernah tiada”.
وَكُلُّ مَا جَازَ عَلَيْهِ الْعَدَمُ    عَلَيْهِ قَطْعًا يَسْتَحِيْلُ الْقِدَمُ
“Dan (Bermula) tiap-tiap ma/sesuatu yang boleh di atasnya (ma/sesuatu) oleh tiada, (itu) niscaya mustahil(lah) sedia diatasnya (ma/sesuatu) (hal keadaan demikian itu) pasti".

([1])Huruf  “Bi” pada kata “tajid bihi” bermakna “”=pada, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.28)
بديع: المخترع لا على مثال سابق 
"Sesuatu yang dijadikan tanpa contoh".
Terjemahan Kitab Khamsatun Mutun | Matan Jauharah Al-Tauhid
Kitab Matan Jauharah Tauhid
IMAN DAN ISLAM
وَفُسِّرَ الإِيْمَـانُ بِالتَّصْـدِيْقِ    وَالنُّطْقُ فِيْهِ الْخُلْفُ بِالتَّحْقِيْقِ
"Dan ditafsirkan (akan) iman dengan tashdīq/membenarkan. Dan (Bermula) mengucap (2 kalimat syahadat) (itu tsābit) padanya (mengucap) (itu) selisih pendapat dengan secara taĥqīq([1])”.
فَقِيْلَ شَرْطٌ كَالْعَمَلْ وَقِيْلَ بَلْ    شَطْرٌ وَالإِسْلاَمَ اشْرِحَنَّ بِالْعَمَلْ
 “Maka dikatakan orang: (bermula dia mengucap 2 kalimat syahadat) (itu) syarat (islam) sama seperti amalan, dan dikatakan orang: bukan demikian, (bermula dia mengucap 2 kalimat syahadat) (itu) bagian/rukun islam. Dan (Bermula) islam (itu) sungguh jelas (ia islam) dengan amalan”.
مَثَالُ هَذَا الْحَجُّ وَ الصَّـلاَةُ    كَذَا الصِّـيَامُ فَادْرِ وَالزَكَاةُ
“(Bermula) seumpama ini (amalan) (itu) haji dan shalat, (tsābit) seperti demikian (amalan) (itu) puasa, maka ketahuilah([2]) (oleh mu), dan (itu) zakat”.

([1]) Taĥqīq artinya mengemukakan argumen dengan disertakan dalil, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.31)
([2])Idri” pada kata “fa dri”  bermakna  “I’lam”=ketahuilah, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.34)

Iman terbagi lima pembahagian:
إيمان عن تقليد: الايمان الناشئ عن الأخذ بقول الشيخ من غير دليل
1."Keyakinan yang bersumber dari perkataan guru tanpa disertai dalil".
 إيمان عن علم: الايمان الناشئ عن معرفة العقائد بأدلتها
2."Keyakinan yang bersumber dari ma‘rifah aqidah yang disertai dengan dalil".
 إيمان عن عيان: الإيمان الناشئ عن مراقبة القلبى لله بحيث لا يغيب عنه طرفة عين
3."Keyakinan yang bersumber dari keterikatan hati kepada Allah sehingga hatinya tidak pernah terlepas dari mengingat Allah walau sekejap mata".
 إيمان عن حقّ: الإيمان الناشئ عن مشاهدة الله بالقلب
4."Keyakinan yang bersumber dari musyahadat Allah dengan hati"
 إيمان عن حقيقة: الإيمان الناشئ عن كونه لا يشهد إلا الله
5."Keyakinan yang bersumber dari kelakuannya yang tidak mengangggap sesuatu yang lain itu ada, kecuali Allah".
الإسلام: الإمتثال و الإنقياد لما جاء به نبى صلى الله عليه وسلم من الدين بالضرورة 
"Menjunjung tinggi dan patuh terhadap syariat Nabi Muhammad yang maklum secara dharurî".

وَرُجِّحَتْ زِيَـادَةُ الإِيْمَـانِ    بِمَا تَزِيْـدُ  طَاعَةُ الإِنْـسَانِ
"Dan dikuatkan (akan pendapat): (Bermula) bertambah iman (itu tsābit) dengan (sebab)([1]) berambahlah ketaatan insan”,
وَنَقْصُهُ  بِنَقْصِـهَا  وَقِيْلَ لاَ    وَقِيْلَ لاَ خُلْفَ كَذَا قَدْ نُقِلَ
“Dan (Bermula) kurangnya (iman) (itu tsābit) dengan sebab berkurangnya (ketaatan). Dan dikatakan orang: “tidak demikian”, Dan dikatakan orang: (Bermula masalah ini) (itu) tiada jenis perelisihan, (Bermula) demikian (pendapat terakhir)([2]) (itu) sungguh dikutipkan (akannya demikian pendapat terakhir)".

([1]) Huruf  “bi” pada kata “bimā” berfaedah sababiyyah, dan “” tersebut adalah  “ mashdariyyah” yang dipalingkan beserta fi’il didepannya menjadi mashdar, “bi mā tazīdu” bermakna “bi ziyādati”=dengan bertambah, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.34)
([2]) Musyār ilaih dari “kadzā” hanyalah bagi pendapat yang terakhir, bukan semua pendapat, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.36) 

Mohon perbaikannya sobat bila ada yang keliru, kritik dan saran kami tunggu di kolom komentar, Selanjutnya>>
Terimakasih, Semoga bermanfaat...

0 Response to "Terjemahan Kitab Khamsatun Mutun | Matan Jauharah Al-Tauhid | Tentang Kewajiban Mukallaf - Iman Dan Islam | Nazham Ke 9 s/d 22 (Kitabkuning90)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel