Terjemahan Kitab Khomsatun Mutun - Matan Jauharah Tauhid | Makna Pesantren | Nazham Ke 64 s/d 109 (Kitabkuning90) - KitabKuning90 -->

Terjemahan Kitab Khomsatun Mutun - Matan Jauharah Tauhid | Makna Pesantren | Nazham Ke 64 s/d 109 (Kitabkuning90)

ORANG-ORANG TERBAIK
Terjemahan Kitab Khomsatun Mutun - Matan Jauharah Tauhid | Makna Pesantren
Kitab Matan Jauharah Tauhid
وَصَحْبُهُ خَيْرُ الْقُرُوْنِ فَاسْتَمِعْ    فَتَابِعِى فَتَـابِعٌ لِـمَنْ تَبِـعْ
"Dan (Bermula) sebaik-baik (ahli)([1]) Qurun/masa (itu) shahabatnya (Nabi), maka dengarkanlah (oleh mu), maka (sebaik-baik qurun berikutnya) (itu) tābi’īn, maka berikutnya (itu) orang yang mengikuti bagi man/ tābi’īn yang mengikuti (ia man/ tābi’īn)”,
وَخَيْرُهُمْ مَنْ وُلِيَ الْخِلاَفَـةْ    وَأَمْرُهُمْ فِى الْفَضْلِ كَالْخِلاَفَةْ
“Dan (Bermula) sebaik-baik mereka (sahabat) (itu) man/orang yang dilantik (akannya man/orang) (akan) kepemimpinan, dan (Bermula) urusan mereka (para khalifah) pada kelebihan (itu tsābit) seperti kekhilafahan”,
يَلِيْـهِمُ قَوْمٌ كِـرَامٌ بَرَرَةْ    عِدَّتُـهُمْ سِتُّ تَمَامُ الْعَشَرَةْ
“Mengiringi (akan)([2]) mereka (khalifah) oleh kaum yang mulia([3]) (mereka  kaum), lagi yang baik (mereka kaum) yang (Bermula) bilangan mereka (kaum) (itu) enam yang menyempurnai sepuluh”.


([1])Yang dimaksud adalah “Ahli masa”, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.95)
([2])Mim” pada kata “yalīhimu” di-dhammahkan karena Isybā’, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.95)
([3])Kirām” bermakna “rafī’u al-nasb”=mulia keturunan, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.95).

القرون: اهل زمان واحد متقارب اشتركوا فى أمر من الأمور المقصودة 
"Ahli satu zaman yang berdekatan lagi yang berserikat pada urusan tertentu".
Khulâfah adalah orang-orang yang memimpin pemerintahan setelah Nabi Muhammad dalam kurun waktu tiga puluh tahun sebagaimana yang ditunjuki oleh sebuah hadis:
الخلافة بعدى ثلاثون
"Khalîfah setelahku adalah selama tiga puluh tahun".

Mereka adalah sahabat yang empat dengan perincian sebagai berikut:
1. Abu Bakar (selama 2 tahun, 3 bulan, 10 hari)
2. Umar bin Khattab (selama 2 tahun, 6 bulan, 8 hari)
3. Usman bin Affan (selama 11 tahun, 11 bulan, 9 hari)
4. Ali bin Abi Thalib (selama 4 tahun, 9 bulan, 7 hari)
Jumlahnya adalah 29 tahun 6 bulan 4 hari.

Adapun pemimpin setelah Khalîfah dinamakan dengan muluk atau malik. Dan Shahabat-shahabat yang dijamin masuk syurga selain Khalîfah yang empat adalah:
1. Thalhah bin Ubaidillah.
2. Zubair bin ‘Awam.
3. Abdurrahman bin ‘Awf.
4. Sa'ad bin Abi Waqqas.
5. Sa'id bin Zaid.
6. Abu Ubaidah (‘Amir bin Jarâh).

Masih ada shahabat lain yang dijamin masuk syurga seperti Saidina Hasan, saidina Husain dan ummi keduanya yaitu Saidah Fatimah (putri Rasulullah). Penulis mengkhususkan kepada mereka yang sepuluh bukan karena yang lainnya tidak mengetahui atau tidak diakui, melainkan, karena yang sepuluh itu disebutkan dalam sebuah hadith yaitu:

عن عبد الرحمن بن عوف عن النبى صلى الله عليه وسلم أنه قال أبو بكر فى الجنة وعمر فى الجنة وعثمان فىالجنة وعلى فى الجنة وطلحة فى الجنة والزبير فى الجنة وعبد الرحمن بن عوف فى الجنة وسعد بن ابى وقاص فى الجنة وأبو عبيدة بن الجراح فى الجنة وسعيد بن زيد فى الجنة. رواه الترمذى وإبن حبان. 

Hadith riwayat Abdurrahman dari Nabi saw. Beliau bersabda, Abu Bakar, Umar, Usman bin Affan, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin ‘Awf, Sa'ad bin Abi Waqas, Abu ‘Ubaidah bin jarâh dan Said bin Za'id, mereka semuanya isi syurga. (H. R. Tumizî dan Ibnu Hibban).

فَاَهْلُ بَدْرِ الْعَظِيْمِ الشَّـأْنِ     فَاَهْلُ اُحْدٍ بَيِعَةُ الرِّضْـوَانِ
"Maka (bermula sebaik-baik qurun berikutnya) (itu) Ahli perang Badar yang megah kemulian, maka (berikutnya) (itu) ahli perang Uhud, (maka berikutnya)([1]) (itu)  Ahli Bai'ah Ridhwān".

وَالسَّابِقُوْنَ فَضْلُهُمْ نَصَّا عُرِفْ    هَذَا وَفِى تَعْيِيْنِهِمْ قَدِ اخْتُلِفْ
"Dan (Bermula) orang-orang yang mendahului (masuk Islam) (itu)([2]) (Bermula) kelebihan mereka (itu) dimaklumkan (akannya kelebihan) pada Nash, (fahamilah olehmu) (akan) ini. Dan sungguh diperselisihkan pada menentukan mereka (orang-orang yang mendahului)”.


([1]) Ditakdirkan huruf ‘athaffa”, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.97)
([2]) Maksudnya orang-orang yang mendahului masuk islam, “fadhlumum” adalah mubtadā yang kedua, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.98)

Ahli Badar berjumlah 317 orang, ahli Uhud berjumlah 700 orang, tidak termasuk kaum munafiq yang berjumlah 300 orang, ahli Bai'ah Ridhwan berjumlah 1400 orang.
Firma Allah:
والسابقون الأولون من المحاجرين والأنصار...
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)di antara orang-orang muhajirin dan dan anshar…".(Q.S. at-tawbah, 9: 100).

وَاَوِّلِ التَّشَاجُـرَ الَّـذِى وَرَدْ    اِنْ حُضْتَ فِيْهِ وَاجْتَنِبْ دَاءَالْحَسَدْ
"Dan takwilkanlah (oleh mu) (akan) perselisihan alladzi yang datang ia perselisihan, jika engkau dalami padanya (masalah perselisihan sayyidina Ali dan Mu’awiyyah)([1]), dan jauhilah (oleh mu) (akan) penyakit dengki”.


([1]) Maksudnya perselisihan Sayyidina Ali dan Sayyidina Mu’awiyyah, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.98).
Maksud ta’wil di sini adalah:
أن يصرف إلى محمل حسن لتحسين الظن بـهم
"Menetralisir keadaan dengan tujuan berbaik sangka kepada para shahabat (‘Ali dan Mu‘awiyah)".

WAJIB TAQLID MUJTAHID, KARAMAH AULIA, MANFAAT DO’A, MALAIKAT KATIBUN, KEMATIAN, MUSNAH RUH, ARASY DAN KURSI, BALASAN DOSA DAN PAHALA
Terjemahan Kitab Khomsatun Mutun - Matan Jauharah Tauhid | Makna Pesantren
Kitab Matan Jauharah Tauhid
وَمَـالِكٌ وَسَائِـرُ اْلأَئِمَّـةِ     كَذَا اَبُوْ الْقَاسِمِ هُدَاةُ الأُمَّةْ
"Dan (Bermula) Imam Malik dan yang lain imam-imam, (tsābit) seperti demikian (itu) Abu Qasim (Muhammad Junaid) (itu)([1]) orang yang memberi petunjuk umat”.
فَوَاجِبٌ تَقْلِيْدُ حَبْرٍ مِنْـهُمُ    كَذَا حَكَى الْقَوْمُ بِلَفْظٍ يُفْهَمُ
“Maka (Bermula) mengikuti orang yang cerdik dari pada mereka (imam-imam) (itu) wājib (ia mengikuti). Demikianlah dihikayah  oleh kaum dengan lafadh yang difahamkan (akannya lafadz)".
وَاَثْـبِتَنْ لِلأَولِيَا الْكَرَامَـةْ    وَمَنْ نَفَاهَا  فَانْبِذَنْ كَلاَمَهْ
"Dan sungguh yakinkanlah([2]) (oleh mu) bagi para Aulia (akan) karamah, dan (Bermula) man yang menafi/meniadakan ia man (akannya karamah) niscaya maka sungguh buanglah (oleh mu) (akan) perkataannya man”.
وَعِنْـدَنَا أَنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَـعُ    كَمَا مِنَ الْقُرْآنِ وَعْدً يُسْمَعُ
"Dan (tsābit) di sisi kita (Ahli sunnah waljama’ah) (itu) bahwa sungguh Do‘a (itu) bermanfanfaat (ia do’a), karena([3]) ma/dalil yang didengarkan (akannya ma/dalil) dari pada Al-Qur’an (hal keadaan) janji”.


([1])Kadzā Abu Al-Qāsim” adalah jumlah mu’taradhah terletak antaran mubtadā dan khabar, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.99)
([2])Atsbitan” bermakna “I’taqid”=yakinilah oleh mu, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.101)
([3])Kaf” pada kata “kamā” berfaedah ta’līl bermakna karena, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.102).

Dalil masalah tersebut adalah firman Allah:
...أدعونى أستجب لكم...
"...Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu... ". (Q.S. al-Mukmin,40: 60).
Untuk terijabat do‘a harus terlebih dahulu dipenuhi syarat-syaratnya sebagai berikut ini:
1. Menghindari makanan yang haram.
2. Hatinya tidak lalai.
3. Tidak berdo‘a sesuatu yang berdosa.
4. Tidak berdo‘a dengan sesuatu yang mustahil.

Dan memenuhi adab-adabnya yaitu:
1. Berusaha mencari waktu mustajabah do‘a.
2. Berwudhu dan shalat sebelum berdo‘a.
3. Taubat dan mengakui dosa-dosa.
4. Menghadap qiblat.
5. Mengangkat tangan ke arah langit (atas).
6. Ikhlas.
7. Memulai dengan puji kepada Allah dan shalawat kepada Rasul dan mengakhiri dengan keduanya.

Ijabah do‘a terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Terqabul apa yang diminta secara langsung.
2. Terqabul apa yang diminta tetapi secara tidak langsung.
3. Terqabul bukan yang diminta karena pada hal tersebut terdapat maslahah (sedangkan yang diminta tidak ada yang maslahah).
4. Terqabul bukan dengan yang diminta karena pada hal tersebut lebih maslahah walaupun pada yang diminta terdapat pula maslahah.

بِكُلِّ عَبْدٍ حَافِظُوْنَ وُكِـلُوْا  وَكَاتِبُوْنَ خِيْرَةً لَنْ يُهْملُـوْا
"(Tsābit) dengan tiap-tiap hamba (itu) malaikat ĥāfidzūn/penjaga yang diwakilkan (akan mereka malaikat), dan (itu) malaikat kātibūn (hal keadaannya Malaikat katibun) (itu) yang dipilihkan lagi yang tidak menyia-nyiakan (oleh mereka malaikat katibun)”-
مِنْ اَمْرِهِ شَيْـئًا فَعَلْ وَلَوْ ذَهِلْ    حَتَّى الاَنِيْنَ فِى الْمَرْضِ كَمَا نُقِلْ
“dari pada urusannya (hamba) (akan) sesuatupun yang dilakukan (ia hamba) sekalipun lalai (ia hamba), hingga rintihan pada (saat) sakit, sebagaimana yang dikutipkan (akannya demikian pembahasan)”.
فَحَاسِبِ النَّفْسِ وَقِلَّ الاَمَلاَ    فَرُبَّ مَنْ جَدَّ لأِمْـرٍ  وَصَلاَ
“Maka intropeksilah (oleh mu) (akan) diri sendiri, dan kurangilah (oleh mu) (akan) angan-angan, karena alangkah banyak man/orang yang bersungguh-sungguh bagi suatu urusan yang sukses (ia man/seseorang).

Kata-kata الامل dalam nazham berarti:
رجاء ما تحبه النفس
"Pengharapan sesuatu yang disukai".


وَ وَاجِبٌ اِيْـمَانُنَا بِالْمَـوْتِ    وَ يَقْبِضُ الرُّوْحَ رَسُوْلُ الْمَوْتِ
"Dan (Bermula)([1]) mengimani kita dengan kematian dan mencabut (akan) ruh (oleh malaikat) utusan kematian (itu) wājib (ia mengimani)”.
وَ مَيِّتٌ بِعُمْرِهِ مَنْ يُقْتَلُ     وَ غَيْرُ هَذَا بَاطِلُ لاَ يُقْبَلُ
“Dan (Bermula)([2]) man/orang yang dibunuh (akannya man) (itu) yang mati (ia man) dengan sebab usianya/ajalnya (man). Dan (Bermula) selain ini (pendapat) (itu) batal lagi tidak diterimakan (akannya pendapat lain)".
وَفِى فَنَا النَّفْسِ لَدَى النَّفْخِ اخْتُلِفْ     وَسْتَظْهَرَ السُّبْكِىَ بَقَاهَا اللَّذْ عُرِفْ
"Dan pada (masalah) musnah ruh([3]) ketika ditiup sangkakala diperselisihkankan (akannya masalah musnah ruh), dan memperjelas (oleh) Imam Al-Subkī (akan) kekalnya (ruh) alladzi yang dimaklumkan (akannya ruh alladzi)”.
عَجْبُ الذَّنَبْ كَالْرَوْحِ لَكِنْ صَحَّحَا اَلْمُزَنِـىُّ  لِلْبِـلَى  وَ  وَضَّـحَا
“Dan (Bermula) tulang sulbi (itu tsābit) sama seperti ruh, tetapi menganggap sahih oleh Imam Al-Muzannī bagi (pendapat) musnah (tulang sulbi) dan memperjelas (ia Imam Al-Muzannī)".
وَكُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ قَدْ خَصَّصُوْا   عُمُوْمَهُ فَاطْلُبْ لِمَا قَدْ لَخَّصُوْا
"Dan (Bermula) (pendapat)([4]) “(Bermula) tiap-tiap sesuatu (itu) musnah (ia tiap-tiap” (itu) sungguh mengkhususkan (oleh para ulama) (akan) keumumannya (pendapat), maka tuntutlah (oleh mu) bagi ma/penjelasan yang sungguh telah dijelaskan (oleh para ulama).


([1])Imānunā” adalah mubtadā yang diakhirkan, khabarnya “wājib”, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.104)
([2])Mayyitun” adalah khabar muqaddam, dan mubtadānya yaitu  “man yuqtalu”, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.105)
([3])Al-Nafs” bermakna ruh,  (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.106)
([4])Wa kullu syai’ hālikun” adalah hikayah lafzdz di-I’rāb sebagai mubtadā.

العام: لفظ يستغرق الصالح له بغير حصر
"Lafadz yang maknanya menyeluruh tanpa batas".
التخصيص: قصر العام على بعض افراده
"Menentukan sesuatu yang umum kepada sebagian afradnya".


وَلاَ تَخُضْ فِى الرَّوْحِ اِذْ مَا وَرَدَا     نَصٌّ مِنَ الشَّرْعِ لَكِنْ وُجِـدَا
"Dan jangan Kamu mendalami pada (masalah) Ruh, karena tidak datanglah nash dari syara’, tetapi diperdapatkan”-
لِمَالِكٍ هِىَ صُوْرَةٌ كَالْـجَسَدِ  فَحَسْبُكَ النَّصُّ  بِهَذَا السَّنَدِ
“bagi Imam Malik (akan pendapat): “(Bermula) dia (ruh) (itu) suatu bentuk yang seperti jasad”, maka memadalah  (akan) kamu oleh nash dengan ini sandaran”.
وَالْعَقْلُ كَالرُّوْحِ وَلَكِنْ قَرَّرُوْا  فِيْهِ خِلاَفًا فَانْظُرَنْ مَا  فَسَّرُوْا
"Dan (Bermula) Akal (itu tsābit) seperti ruh, tetapi telah mengurai  (oleh para ulama) padanya (masalah akal) (akan) selisih pendapat, maka sungguh pelajarilah (oleh mu) (akan) ma/uraian yang telah ditafsir (oleh mereka para ulama)".
سُـؤَلُنَا ثُمَّ عَـذَابُ الْقَـبْرِ   نَعِيْمَهُ وَاجِبٌ كَبَعْثِ الْحَشَرِ
“(Bermula) ditanyai kita kemudian azab kubur dan([1]) nikmatnya (kubur) (itu) wājib (diimani)([2]) (ia tip-tiap) sama seperti kebangkitan (di padang) mahsyar”.


([1])Ditakdirkan huruf ‘athaf, yaitu “waw”, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.111)
([2]) Masud wajib tersebut adalah wajib didengar dan diimani, karena bersumber dari Al-Quran dan Hadis, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.112).

Idhafah lafadh ‘azab dan nikmat kepada lafaz kubur karena ghalib (kebiasaan).
البعثة: احياء الموتى و اخراجهم من قبورهم بعد جمع الاجزاء الاصلية
"Menghidupkan kembali mayat-mayat yang telah mati dan pengeluaran dari dalam kubur setelah berkumpul seluruh anggota tubuhnya yang asli"
الحشر: سوق الناس جميعا الى الموقف
"Penghalauan seluruh manusia kepada suatu tempat".

وَقُلْ يُعَادُ الْجِسْمُ بِالتَّحْقِيْقِ³ عَنْ عَدَمٍ وَ قِيْلَ عَنْ تَفْرِيْقٍ
مَحْضَيْنِ لَكِنْ ذَا الْخِلاَفَ خُصَّا³ بِاْلأَنْبِـيَا وَمَنْ عَلَيْهِمْ نُصَّـا
"Dan Yakinkanlah (olehmu) akan “dikembalikan akan tubuh dengan secara pasti” dari (keadaan) tiada sama sekali, dan dikatakan (sebagian ulama) (dikembalikan tubuh) dari kehancuran yang semata-mata (keduanya tiadaa dan kehancuran), akan tetapi bermula ini khilaf itu dikhususkan (akan ini khilaf) dengan para Nabi dan man/orang-orang yang diNashkan diatas mereka (orang-orang/man)".

التحقيق: اثبات الحكم بالدليل
"Penetapan hukum lengkap dengan dalilnya"
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dimaklumi bahwa pendapat ini mempunyai dalil, bukan semata-mata dari akal pikiran.
Kata-kata محضين merupakan sifat/na’at bagi عدم dan تفريق:
(عدم محض, تفريق محض) Makna عدم محض adalah:
خلوصه من شائبة الوجود لجزء ما
"Bagian-bagian anggota tubuh tidak ada sama sekali".

Dan makna تفريق محض adalah:
خلوصه من شائبة الاتصال فى اجزائه
"Bagian-bagian anggota tubuh tidak bersambung sedikitpun".

وَفِى اِعَادَةِ الْعَرْضِ قَـوْلاَنِ³ وَرُجِّحَتْ اِعَادَةُ الاَعْـيَانِ
"Dan sabit pada pengembalian sifat-sifat tubuh itu (ada) dua pendapat. Dan dikuatkan akan (pendapat) “dikembalikan ‘in ( sifat-sifat semula) ".
وَفِى الزَّمَانِ قَوْلاَنِ وَالْحِسَابُ³ حَقُّ وَمَا فِى حَقِّ ارْتِـيَابُ
"Dan sait pada (pengembalian) zaman itu (ada) dua pendapat. Dan bermula Hisab/perhitungan amalan itu pasti, dan tiadalah sabit pada kebenaran itu keraguan".

الحساب : توقيف الله الناس على اعمالهم
"Ditawqif oleh Allah terhadap manusia untuk mengetahui perbuatan yang telah dilakukan".
Maksud dari tawqif diantara beberapa ikhtilâf adalah Allah menciptakan ilmu dalam hati manusia, dengan ilmu tersebut manusia mengetahui kadar dari pahala yang telah dilakukannya semasa di dunia.

فَالسَّيِّـئَاتُ عَنْدَهُمْ بِالْمِثْلِ³ وَالْحَسَنَاتُ ضُوْعِفَتْ بِالْفَضْلِ
"Dan bermula segala keburukan disisi mereka (Ahli Sunnah Waljama’ah) itu (dibalas) dengan seumpanya, Dan bermula segala kebajikan itu dilipat gandakan (akannya kebajikan) dengan karunia (Allah) Kejahatan".

السيّئات: ما يذمّ فاعله شرعا
"Suatu perbuatan yang menyebabkan pelakunya dircelaoleh syara' ".
الحسنات: ما يمدح فاعله شرعا
"Suatu perbuatan yang menyebabkan pelakunya dipuji oleh syara' ".
Gandaan pahala dari Allah sekurang-kurangnya sepuluh lipat gandaan dan ukuran maksiamalnya tidak terbatas. Perbedaan gandaan ini tergantung pada keikhlasan dan niat si pelaku.

وَبِاجْتِنَابٍ لِلْكَبَائِرْ تُـغْفَرُ³ صَغَائِرٌ وَ جَا الْوُضُوْ يُكَفِّرُ
"dan dengan menjauhi dosa-dosa besar terampunilah dosa-dosa kecil dan datanglah (hadis tentang) “bermula wudhu’ itu menghapus dosa (ia wudhu’)".

Yang termasuk dalam dosa besar diantaranya adalah: Syirik, sihir, membunuh tanpa haq, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, melarikan diri dari shaf peperangan dan banyak lagi yang lainnya.
Pengampunan dosa adakalanya dengan ditutupnya dosa tersebut dari pandangan malaikat ataupun dengan dihapusnya dosa tersebut dalam catatan malaikat.
Dalil wudhu dapat menghapus dosa-dosa kecil adalah hadits:
لا يسبغ احد الوضوء الا غفر له ما تقدّم من ذنبه وما تأخّر
"Seseorang belum menyempurnakan wudhunya kecuali, ia akan di ampunkan dosa yang terdahulu dan yang akan datang".

وَالْيَوْمُ اْلآخِرِ ثُمَّ هَوْلُ الْموْقِفِ³ حَقٌّ فَخُفِّفْ يَارَحِيْمُ وَاسْعَفِ
"Dan bermula Hari akhir kemudian kesengsaraan tempat berdiri (di bawah terik matahari yang sangat dekat) itu pasti. Maka Ringankanlah (ya Allah) dan bantulah (dari pada kesengsaraan tersebut) wahai yang maha pengasih".

Hari akhir adalah hari yang dimulai dengan berkumpulnya seluruh manusia di padang mahsyar selama-lamanya.
الهول: ما ينال الناس من الشدائد لطول الوقوف
”Kesengsaraan yang terjadi pada manusia karena terlalu lama berdiri di bawah terik matahari".

Di antara tanda-tanda datangnya kiamat yaitu :
1. Munculnya Imam Mahdi.
2. Keluarnya Dajjal.
3. Turunnya Nabi Isa as binti Maryam.
4. Keluarnya Ya’juz ma’juz.
5. Keluarnya satu binatang yang memberi tanda kepada orang mukmin dan orang kafir.
6. Terbitnya matahari dari arah barat.
7. Keluar asap dari hidung, mata, telinga dan dubur orang kafir selama 40 hari.
8. Hancurnya Ka‘bah setelah wafat Nabi Isa.
9. Diangkatnya Al-Qur’ân dari muka bumi.
10. Seluruh penduduk bumi menjadi kafir

وَوَاجِبٌ اَخْذ الْعِبَادِ الصُّحُفَا³ كَمَا مِنَ الْقُـرْآنِ نَـصَّا عُرِفَا
وَمِثْلُ هَذَا الْوَزْنُ وَالْـمِزَانُ³ فَتُـوْزَنُ الْكُتُبُ اَوِ اْلاَعْـيَانُ
"Dan bermula Pengambilan hamba akan Shuhuf (yang berisi amalan semasa di dunia) itu wajib (diimani), sebagaimana ma/dalil yang diketahuikan (akannya ma/dalil) dari Al-Quran secara Nash, dan bermula seumpama ini (wajib diimani) itu wazan dan mizan, Maka ditimbangkan akan kitab (shuhuf) atau ‘in amalan".

Mukmin yang taat akan mengambil suhuf dengan tangan kanan dan orang kafir akan mengambil suhuf dengan tangan kiri. Manusia yang pertama kali akan mengambil suhuf dengan tangan kanan adalah Umar bin Khattab kemudian Abu Salamah (Abdullah bin Abdul Asad), sedangkan yang pertama sekali mengambil suhuf dengan tangan kiri adalah Aswad bin Abdul Asad (saudara dari Abu Salamah). Hal ini tersebut dalam firman Allah: 


فامّا من اوتي كتابه بيمينه فيقول هآؤم اقرءوأ كتبيه.
"Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata. "Ambillah, bacalah kitabku ini"". (Q.S. al-Haqqah, 69: 19).
فامّا من اوتي كتابه بشماله فيقول ياليتنىلم اوت كتابيه.
"Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata. "wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)"". (Q.S. al-Haqqah, 69: 25).


كَذَا الصِّرَاطُ فَالْعِبَادُ مُخْتَلِفْ³ مَرُوْرُهُمْ فَسَالِمٌ وَ مُنْتَلِفْ
"Sabit seperti demikian ( wajib diimani juga) itu titi shirath, maka bermula hamba itu berbeda-bedalah melewati mereka (hamba), maka (sabit sebagian dari mereka) itu yang selamat dan (sabit sebagian dari mereka) itu orang-orang yangtergelincir”.

الصراط: جسر ممدود على متن جهنّم
"Jembatan panjang yang terbentang di atas neraka Jahannam".

وَالْعَرْشُ وَ الْكُرْسِىُّ ثُمَّ الْقَلَمُ³ وَالْكَاتِبُوْنَ اللَّوْحُ كُلٌّ حِكَمُ
لاَ ِلاحْتِيَاجِ وَبِـهَا الاِيْـمَانُ³ يَجِبْ عَلَيْكَ اَيُّـهَا الاِنْسَانُ
"Dan bermula ‘Arsy dan Kursi, kemudian Qalam, dan (malaikat) Kâtibûn dan Lauh al-Mahfûdh itu bermula tiap-tiap itu ada hikmah bukan karena berhajat. Dan dengannya (tiap-tiap) wajiblah diimani diatas engkau wahai insan”.

وَالنَّارُ حَقٌّ اُوْجِدَتْ كَالْجَنَّةْ³ فَلاَ تَـمِلْ لِجَاحِدٍ ذِى جِنّةْ
دَارَا خُلُوْدِ لِلسَّعِيْدِ وَ الشَّقِىْ ³ مُعَذَّبٌ مَنَعَّمٌ مَهْمَا بَقِىْ
"Dan bermula Neraka itu pasti lagi diperdapatkan akannya (neraka) sama seperti syurga, maka janganlah engkau condrong kepada orang yang ingkar lagi yang mempunyai kegilaan. Bermula dua negeri kekal (syurga dan neraka) itu sabit bagi orang yang bahagia dan orang yang celaka yang diazabkan (akan nya orang celaka) dan bernikmat-nikmat (ia orang yang bahagia) selama kekal ia (tiap-tiap orang)”.

السعيد: من مات على الاسلام وان تقدم منه كفر
"Orang yang Islam hingga akhir hayatnya walaupun pernah didahului oleh kafir".
الشقيّ: من مات على الكفر وان عاش طول عمره على الايمان
"Orang yang mati dalam keadaan kafir walaupun semasa hidupnya dalam keadaan beriman".

اِيْـمَانُنَا بِحَوْضِ خَيْرِ الرُّسْلِ³ حَتْمٌ كَـمَا جَاءَنَا فِى النَّقْلِ
يَنَالُ شُرْبًا مِنْهُ اَقْوَامٌ وَفَـوْا³ بِعَهْدِهِمْ وَقُلْ يُذَادُ مَنْ طَغَوْا
"Bermula iman kita dengan kolam (Nabi) sebaik-baik Rasul itu wajib (ia iman) sebagaimana ma/dalil yang telah datanag (ia ma) akan kita dalam dalam naqli/Quran dan Hadis”. Memperoleh akan minum darinya kolam (telaga Al-Kautsar) oleh kaum-kaum yang menepati janji ( oleh mereka kaum) dengan janji mereka, dan katakanlah (oleh mu) “dijauhkan akan man/orang-orang yang durhaka (mereka man)’.

Janji yang dimaksudkan dalam bait di atas adalah mereka tetap beriman sampai akhir hayatnya.

وَ وَاجِبٌ شَـفَاعَةُ الْمُشَفِّعِ ³ " مُحَّمَدٍ " مُقَـدَّمُا لاَ تَـمْنَعْ
وَغَيْرُهُ مِنْ مُرْتَضَى الاَخْيَارِ³ يَشْفَعْ كَمَا قَدْ جَاءَ فِى اْلاَخْبَارِ
اِذْ جَائِزٌ غُفْرَانُ غَيْرَ الْكُفْرِ ³ فَلاَ نُكَفِّرْ مُؤْمِـنًا بِالْـوِزْرِ
"Dan bermula syafaat dari AL-MUSYAFFA’/Nabi yang diberikan syafaat, (siapakah beliau ?) Nabi Muhammad itu wajib (dipercaya) lagididahulukan akannya syafaat lagi tidak ditegahkan akannya syafaat".

"Dan bermula selainnya Nabi (yaitu) dari pada orang-orang yang diridhakan (dari pada) orang-orang terpilih itu dapat memberi syafaat, sebagaimana ma/dalil yang sungguh telah datang ia ma dalam hadis-hadis, karena bermula diampuni selain dosa kufur itu jaiz/boleh, maka janganlah engkau kafirkan akan orang mukmin dengan sebab dosa”.

Yang dimaksud dengan orang-orang terpilih dalam bait di atas adalah para nabi, malaikat, aulia, ulama dan syuhada.

وَمَنْ يَمُتْ وَلَمْ يَتُبْ مِنْ ذَنْبِهِ ³ فَاَمْـرُهَ مُفَـوَّضٌ لِرَبِّـهِ
"Dan bermula man/Orang-orang yang meninggal (ia man) dan belum bertaubat (ia man) dari dosanya (man) maka bermula urusannya (man) itu diserahkan (akannya urusan) bagi tuhannya (man)”.
وَوَاجِبٌ تَعْذِيْبُ بَعْضِ ارْتِكَبْ ³ كَبِيْرَةً ثُمَّ الْخُلُوْدُ مُجْـتَنَبْ
"Dan bermula Penyiksaan sebagian orang-orang yang melakukan (ia sebagaian orang) akan dosa besar itu wajib, kemudian bermula kekal (dalam siksaan) itu dijauhkan (akannya kekal siksaan)”.

Perlu diketahui bahwa manusia terbagi dua golongan yaitu mukmin dan kafir. Kafir di siksakan dalam neraka selama-lamanya. Mukmin terbagi atas dua pembahagian, mukmin yang taat dan mukmin yang maksiat, mukmin yang taat di dalam syurga dan mukmin yang maksiat terbagi atas dua pembahagian, yaitu yang sempat bertaubat dan yang tidak sempat bertaubat sampai akhir hayatnya, mukmin yang maksiat lalu bertaubat dimasukkan dalam syurga dan mukmin yang maksiat dan tidak bertaubat, ia terserah kepada Allah.

وَصِفْ شَهِيْدَ الْحَرْبِ بِالْحَيَاةِ ³ وَرِزْقُهُ مِنْ مُشْتَهَى الْجَنَّاتِ
"Dan sifatkanlah dengan hidup akan orang-orang syahid peperangan dan bermula rezkinya/balasannya orang syahid itu sabit sebagian dari orang yang dirindukan syurga-syurga”.

Syahid yang dimaksud di sini adalah syahid dunia dan akhirat, yaitu oarang-orang yang terbunuh pada peperangan untuk meninggikan agama Allah.

Selanjutnya>>
Terimakasih sahabat santri...

0 Response to "Terjemahan Kitab Khomsatun Mutun - Matan Jauharah Tauhid | Makna Pesantren | Nazham Ke 64 s/d 109 (Kitabkuning90)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel