HUKUM MENELAN DAHAK KETIKA BERPUASA, APAKAH DAPAT MEMBATALKAN PUASA ?
HIJRAH.COM - Dalam menjalankan ibadah puasa, salah satu hal yang harus
dijaga suapaya puasa tidak batal adalah masuknya sesuatu ke dalam rongga
terbuka. Salah satu rongga terbuka tersebut adalah kerongkongan. Satu hal yang
sering tertelan dalam puasa adalah dahak. Namun kadang dahak tersebut masih
berada dalam kerongkongan, belum keluar ke batasan dhahir (yang nampak) atau
kadang juga sulit dikeluarkan walaupun sudah berada di luar kerongkongan.
Pertanyaan;
Bagaimana hukumnya menelan dahak ketika berpuasa, apakah
bisa membatalkan puasa?
Jawaban;
Dahak ada juga jenis, yaitu Dahak yang bersumbner dari
kepala dan dahak yang bersumber dari dada/paru-paru.
Rincian hukum kedua jenis dahak ini adalah sam, yaitu;
- Yang pertama dahak yang bersumber dari kepala, bila Dahak tersebut tidak sampai pada batasan dhahir (yang nampak) pada mulut, keluar dari kepala langsung turun ke kerongkongan, tidak sempat nampak keluar dari mulut melaluikerongkongan, maka dahak tersebut boleh ditelan dan tidak membatalkan puasa.
- Yang kedua bila dahak dari dada, masih berada dalam kerongkongan, belum keluar sampai batasan dhahir, juga boleh ditelan dan tidak membatalkan puasa.
- Yang ketiga Dahak telah keluar sampai pada batasan dhahir (yang nampak) dalam mulut, maka dan adakalanya ia mungkin untuk mengeluarkan dan meludahnya dan adakala tidak mungkin lagi. Bila tidak mungkin lagi dikeluarkan dengan cara meludahnya dan terpaksa menelannya kembali, maka juga tidak membatalkan puasa karena mudharat. Sedangkan jika sanggup dikeluarkan maka wajib diludah/dikeluarkan, jika tidak dikeluarkan hingga tertelan kembali maka dapat membatalkan puasa..
Sedangkan hukum menarik/mengeluarkan dahak dari dalam dada
adalah boleh dan tidak membatalkan puasa karena dahak ini tidak disamakan
dengan muntah. Muntah secara sengaja bisa membatalkan puasa, sedangkan
mengeluarkan dahak secara sengaja tidak membatalkan puasa.
Note: Yang dimaksud batasan dhahir (yang nampak) sebagaimana
disebutkan oleh para ulama adalah tempat makhraj huruf Ha ( ح )
Sumber: lbm.mudimesra
Referensi;
Kitab Fiqh Shiyam Syeikh Hasan Hitu, hal 78
ابتلاع النخامة
ومما يؤدى الى الفطر ويجب الاحتراز عنه النخامة سواء
أكانت نازلة من الرأس او خارجة من الصدر ولها حالتان :
الحالة الاولى ان لا تصل ألى حد الظاهر من الفم وإنما
تنزل من الرأس إلى الحلق دون أن تخرج إلى حد الظاهر من الفم وهذه لا تضر بالاتفاق
والحالة الثانية أن تصل ألى حد الظاهر من الفم وقد ضبطه
الفقهاء بكخرج الحاء فإن وصلت حد الظاهر وهو مخرج الحاء فإما أن يقدر على قطعها ومجها
وإما أن لا يقدر.
فإن لام يقدر على قطعها ومجها حتى نزلت إلى جوفه لم تضر
لعدم تقصيره . وإن قدر على قطعها ومجها إلا أنه إبتلعها فإنه يفطر على ما ذهب إليه
الجمهور
0 Response to "HUKUM MENELAN DAHAK KETIKA BERPUASA, APAKAH DAPAT MEMBATALKAN PUASA ?"
Posting Komentar