VENOMENA MEMILIH GURU 1000 TAHUN YANG LALU
HIJRAH.COM - Abu Qasim al Junaidi wafat di penghujung abad ke-3 Hijriyah,
atau sekitar 900-an Masehi. Terbentang
jarak lebih seribu tahun dengan kita. Namun, di sekitar kehidupannya, fenomena
membesarkan diri dengan membawa-bawa agama sudah jamak terjadi. Banyak orang
yang mengaku dan menampakkan diri sebagai ahli agama, tetapi nyatanya tak tahu
apa-apa.
Karena itu beliau menyuarakan narasi yang cukup panjang
mengenai fenomena yang makin menjadi-jadi akhir-akhir ini. Berikut adalah
potongan dari narasi panjang beliau.
Ketika kalian melihat seseorang yang terlihat hebat, jangan
terburu kalian ikuti sampai kalian melihat sikapnya terhadap syariat. Jika
kalian lihat ia melakukan yang seharusnya menaati perintah dan menjauhi
larangan agama, boleh kalian percayai. Kalian ikuti. Tapi bila kalian lihat ia
cacat dalam melaksanakan perintah, enggan menghindari larangan, maka jauhi dia.
Sikap seperti ini, yakni berhati-hati dalam memilih
pemimpin, sudah sangat langka di zaman sekarang (semasa hidup Abu Qasim al Junaidi).
Mereka hanya memilih pemimpin dengan bagaimana ia membuat mereka terpesona.
Mengumbar istilah-istilah agama. Sok-sokan menyemburkan kefana’an diri dan
kebaqa’an ilahi, yang bahkan Alquran dan
sunnah tidak mengakuinya, namun mereka pakai sebagai jubah.
Ketika mereka lapar, menderita, mereka mendekat kepada
penguasa. Jika mereka benar-benar melakukannya, maka apa yang ia makan adalah
haram. Makanan dan martabat yang mereka peroleh tidaklah dengan jalan yang
baik. Justru mereka peroleh dengan jalan jalan keji. Dengan menipu dan
memperdaya.
Seseorang suatu hari datang padaku. (Dia adalah salah
seorang yang mengaku-ngaku itu). Aku tahu, ia tak tahu apa-apa perihal fana’
dan baqa’. Namun ia memiliki jamaah yang tak sedikit. Ia menampakkan diri
padaku sebagai orang yang tekun beribadah. Selang beberapa hari kemudian,
kutanyai dia, “coba katakan padaku, apa saja syarat-syarat wudu dan shalat?”
Dia dengan enteng menjawab, “Tak satupun ilmu tentang itu kubaca.”
“Wahai saudaraku. Perkara-perkara yang menjadi sahnya ibadah
itu wajib diketahui. Itu sudah jelas diterangkan Alquran dan Hadits. Maka
barangsiapa yang tidak mampu membedakan mana yang wajib dan sunnah, mana haram
dan makruh, dia bodoh. Dan orang yang bodoh tidak boleh dijadikan panutan.
Tidak boleh secara lahir, apalagi secara batin.”
Dia diam. Tak menjawab. Lalu pergi seketika itu dan tak
kembali.
Kita sebagai umat muslim, harus benar-benar menanamkan pesan
Imam al-Junaid ini. Kita harus pandai memilih siapa yang patut kita ikuti. Kita
jadikan uswah. Teladan dalam beribadah dan menapakkan jejak hidup. Jangan
pernah menilai pada apa yang tampak sesaat. Atau kita akan tersesat. Wal
‘iyadzu billah.
Tanbih al-Mughtarrin, Abd al-Wahab bin Ahmad bin ‘Ali
al-Sya’rani. Maktabah al-Taufiqiyah, Kairo. Hal. 20-21.
0 Response to "VENOMENA MEMILIH GURU 1000 TAHUN YANG LALU"
Posting Komentar