PERBEDAAN JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH ALA KITAB KUNING ULAMA MAZHAB ILMU PESANTREN - KitabKuning90 -->

PERBEDAAN JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH ALA KITAB KUNING ULAMA MAZHAB ILMU PESANTREN

HIJRAH.COM-Jumlah raka’at tarawih sering menjadi pembahasan pada momentum jelang Ramadhan, namun masyarakat sudah sangat dewasa dalam menyikapi perbedaan jumlah raka’at dalam pelaksanaan shalat tarawih, baik di mushalla, masjid dan lain sebagainya.
PERBEDAAN JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH ALA KITAB KUNING ULAMA MAZHAB ILMU PESANTREN
Hal itu tentu tidak lain karena semangat kebersamaan (persatuan) sudah sangat tertanam sehingga mampu terakomodir dan mengakomodir berbagai perbedaan jumlah raka’at didalam satu tempat. Seandainya pun tidak terakomodir dalam satu tempat, tidak perlu juga dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan tarawih atau enggan dengan kebersamaan. Sebab shalat tarawih sendiri boleh dilaksanakan dimana pun, termasuk dirumah secara sendirian (munfarid). Meskipun, shalat tarawih berjama’ah itu lebih utama (afdlal).

Terlepas dari hal itu, ada baiknya mengetahui seperti apa perbedaan jumlah raka’at tarawih didalam khazanah kitab fikih sebagai bentuk tambahan pengetahuan. Berikut ini beberapa kitab ulama madzhab dan lainnya yang menyebutkan adanya perbedaan jumlah raka’aat tersebut.
Imam An-Nawawi (w. 676 H) -ulama Syafi’i-, didalam kitabnya, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab memberikan penjelasan tentang bilangan raka’at tarawih sebagai berikut:

فِي مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِي عَدَدِ رَكَعَاتِ التَّرَاوِيحِ * مَذْهَبُنَا أَنَّهَا عِشْرُونَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ غَيْرَ الْوِتْرِ وَذَلِكَ خَمْسُ تَرْوِيحَاتٍ وَالتَّرْوِيحَةُ أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَتَيْنِ هَذَا مَذْهَبُنَا وَبِهِ قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَأَصْحَابُهُ وَأَحْمَدُ وَدَاوُد وَغَيْرُهُمْ وَنَقَلَهُ الْقَاضِي عِيَاضٌ عَنْ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ وَحُكِيَ أن الاسود بن مزيد كَانَ يَقُومُ بِأَرْبَعِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُ بِسَبْعٍ وَقَالَ مالك التراويح تسع ترويحات وهى ستة وَثَلَاثُونَ رَكْعَةً غَيْرَ الْوِتْرِ
Madzhab-madzhab ulama tentang bilangan raka’at tarawih. Madzhab kami (madzhab Syafi’i), bilangang raka’at tarawih adalah 20 raka’at dengan 10 kali salam selain shalat witir. Dan itu dilaksanakan dengan 5 kali istirahat, sedangkan istirahat dilakukan setiap 4 raka’at 2 kali salam (sudah selesai 2 shalat tarawih). Imam Abu Hanifah beserta ashhabnya, Ahmad bin Hanbal, Daud Ad-Dhahiri dan selain mereka berpegang dengan pendapat ini. Al-Qadli ‘Iyadl mengutip pendapat ini dari mayoritas ulama. Sementara diriwayatkan bahwa Al-Aswad bin Mazid melaksanakan shalat tarawih sebanyak 40 raka’at dan witir 7 raka’at. Adapun Imam Malik berpendapat, tarawih sebanyak 39 raka’at, termasuk witir didalamnya 3 raka’at.”

‘Alauddin Abu Bakar al-Kasani (w. 587 H) – ulama Hanafi-, dalam kitab Badi’i’ al-Shana’i’ menyebutkan perbedaan jumlah raka’at tarawih sebagai berikut:

وَأَمَّا قَدْرُهَا فَعِشْرُونَ رَكْعَةً فِي عَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ، فِي خَمْسِ تَرْوِيحَاتٍ كُلُّ تَسْلِيمَتَيْنِ تَرْوِيحَةٌ وَهَذَا قَوْلُ عَامَّةِ الْعُلَمَاءِ. وَقَالَ مَالِكٌ فِي قَوْلٍ: سِتَّةٌ وَثَلَاثُونَ رَكْعَةً، وَفِي قَوْلٍ سِتَّةٌ وَعِشْرُونَ رَكْعَةً، وَالصَّحِيحُ قَوْلُ الْعَامَّةِ لِمَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – جَمَعَ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَصَلَّى بِهِمْ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً، وَلَمْ يُنْكِرْ أَحَدٌ عَلَيْهِ فَيَكُونُ إجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ.
Adapun jumlah shalat tarawih adalah 20 raka’at 10 kali salam, 5 kali istirahat, setiap 2 kali salam 1 kali istirahat, dan ini qaul (pendapat) umumnya ulama. Sementara Imam Malik didalam satu pendapat adalah 36 raka’at, dan dalam satu pendapat yg lain adalah 26 raka’at. Dan pendapat yang shahih adalah pendapat kebanyakan ulama, berdasarkan yang diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab ra. mengumpulkan para sahabat pada bulan Ramadhan bermakmum pada Ubay bin Ka’ab, maka mereka shalat setiap malam 20 raka’at, tidak seorang pun mengingkarinya sehingga menjadi sebuah ijma’ shahabat atas hal tersebut”.

Ibnu Rusyd (w. 595 H) -ulama Maliki-, didalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menyebutkan sebagai berikut:

وَاخْتَلَفُوا فِي الْمُخْتَارِ مِنْ عَدَدِ الرَّكَعَاتِ الَّتِي يَقُومُ بِهَا النَّاسُ فِي رَمَضَانَ: فَاخْتَارَ مَالِكٌ فِي أَحَدِ قَوْلَيْهِ، وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيُّ، وَأَحْمَدُ، وَداود: الْقِيَامَ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً سِوَى الْوِتْرِ، وَذَكَرَ ابْنُ الْقَاسِمِ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ يَسْتَحْسِنُ سِتًّا وَثَلَاثِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ ثَلَاثٌ.
Ulama berselisih pendapat didalam Al-Mukhtar daripada jumlah raka’at shalat tarawih yang dilaksanakan oleh masyarakat dibulan Ramadhan: Imam Malik memilih pada satu diantara dua qaulnya, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, Ahmad dan Daud yaitu qiyamu ramadhan (tarawih) dilaksanakan dengan 20 raka’at selain witir. Ibnul Qasim menyebutkan sebuah pendapat dari Imam Malik bahwa Imam Malik menganggap baik jumlah 36 raka’at dan witir 3 raka’at”.

Selanjutnya, tokoh ulama penting dalam Hanbali yang sering dijadikan rujukan yaitu Ibnu Qudamah (w. 620 H) didalam kitab Al-Mughni menjelaskan panjang lebar bahwa shalat tarawih sebanyak 20 raka’at.

مَسْأَلَةٌ: قَالَ (وَقِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ عِشْرُونَ رَكْعَةً) . (يَعْنِي) (صَلَاةَ التَّرَاوِيحِ) وَهِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، ….. فَصْلٌ: وَالْمُخْتَارُ عِنْدَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ، رَحِمَهُ اللَّهُ، فِيهَا عِشْرُونَ رَكْعَةً. وَبِهَذَا قَالَ الثَّوْرِيُّ، وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيُّ. وَقَالَ مَالِكٌ: سِتَّةٌ وَثَلَاثُونَ. وَزَعَمَ أَنَّهُ الْأَمْرُ الْقَدِيمُ، وَتَعَلَّقَ بِفِعْلِ أَهْلِ الْمَدِينَةِ، فَإِنَّ صَالِحًا مَوْلَى التَّوْأَمَةِ، قَالَ: أَدْرَكْتُ النَّاسَ يَقُومُونَ بِإِحْدَى وَأَرْبَعِينَ رَكْعَةً، يُوتِرُونَ مِنْهَا بِخَمْسٍ.
Masalah qiyamu ramadhan 20 raka’at, yakni shalat tarawih yang hukumnya sunnah muakkadah. Sebuah pasal, pendapat yang dipilih (al-mukhtar) oleh Imam Ahmad rahimahullah adalah 20 raka’at. Sufyan al-Tsauri, Abu Hanifah dan Imam Syafi’i berpendapat dengan ini. Sedangkan Imam Malik, berpendapat 36 raka’at dan mengklaim bahwa itu perkara terdahulu (pendapat lama) serta mengkaitkan dengan amal penduduk Madinah, sebab Shalih pembantu At-Tau’amah berkata “aku mendapati masyarakat mendirikan tarawih 41 raka’at, termasuk witir didalamnya 5 raka’at”.

Dari beberapa referensi berbagai kitab diatas, sangat jelas adanya perbedaan ulama mengenai jumlah raka’at shalat tarawih, walaupun jumlah 20 raka’at merupakan praktik yang dilaksanakan oleh umumnya umat Islam sejak dahulu.
Dalam kitab fiqih kontemporer yang berisi tentang perbandingan madzhab, seperti al-Fiqhu ala Madzahibil Arba’ah, perbedaan jumlah raka’at tersebut juga sangat nampak sekali. Meskipun pada akhirnya setelah memaparkan panjang lebar, Abdurrahman Al-Jazairi menjelaskan sebagai berikut:

وقد ثبت أن صلاة التراويح عشرون ركعة سوى الوتر. المالكية قالوا: عدد التراويح عشرون ركعة سوى الشفع والوتر
Dan telah ditetapkan bahwa shalat tarawih adalah 20 raka’at selain witir. (Catatan kaki) Ulama Malikiyah berpendapat jumlahnya 20 raka’at, selain raka’at genap dan ganjil (witir)”.

Demikian perbedaan ulama mengenai jumlah raka’at shalat tarawih berdasarkan kitab-kitab mu’tabar didalam madzhab masing-masing, dan satu kitab kontemporer tentang perbandingan madzhab.

0 Response to "PERBEDAAN JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH ALA KITAB KUNING ULAMA MAZHAB ILMU PESANTREN"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel