PERBEDAAN JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH ALA KITAB KUNING ULAMA MAZHAB ILMU PESANTREN
HIJRAH.COM-Jumlah raka’at tarawih sering
menjadi pembahasan pada momentum jelang Ramadhan, namun masyarakat sudah sangat
dewasa dalam menyikapi perbedaan jumlah raka’at dalam pelaksanaan shalat
tarawih, baik di mushalla, masjid dan lain sebagainya.
Hal itu tentu tidak lain
karena semangat kebersamaan (persatuan) sudah sangat tertanam sehingga mampu
terakomodir dan mengakomodir berbagai perbedaan jumlah raka’at didalam satu
tempat. Seandainya pun tidak terakomodir dalam satu tempat, tidak perlu juga
dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan tarawih atau enggan dengan
kebersamaan. Sebab shalat tarawih sendiri boleh dilaksanakan dimana pun,
termasuk dirumah secara sendirian (munfarid). Meskipun, shalat tarawih
berjama’ah itu lebih utama (afdlal).
Terlepas dari hal itu, ada
baiknya mengetahui seperti apa perbedaan jumlah raka’at tarawih didalam
khazanah kitab fikih sebagai bentuk tambahan pengetahuan. Berikut ini beberapa
kitab ulama madzhab dan lainnya yang menyebutkan adanya perbedaan jumlah
raka’aat tersebut.
Imam An-Nawawi (w. 676 H)
-ulama Syafi’i-, didalam kitabnya, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab memberikan
penjelasan tentang bilangan raka’at tarawih sebagai berikut:
فِي مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِي
عَدَدِ رَكَعَاتِ التَّرَاوِيحِ * مَذْهَبُنَا أَنَّهَا عِشْرُونَ رَكْعَةً
بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ غَيْرَ الْوِتْرِ وَذَلِكَ خَمْسُ تَرْوِيحَاتٍ
وَالتَّرْوِيحَةُ أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَتَيْنِ هَذَا مَذْهَبُنَا وَبِهِ
قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَأَصْحَابُهُ وَأَحْمَدُ وَدَاوُد وَغَيْرُهُمْ وَنَقَلَهُ
الْقَاضِي عِيَاضٌ عَنْ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ وَحُكِيَ أن الاسود بن مزيد كَانَ
يَقُومُ بِأَرْبَعِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُ بِسَبْعٍ وَقَالَ مالك التراويح تسع
ترويحات وهى ستة وَثَلَاثُونَ رَكْعَةً غَيْرَ الْوِتْرِ
“Madzhab-madzhab ulama
tentang bilangan raka’at tarawih. Madzhab kami (madzhab Syafi’i), bilangang
raka’at tarawih adalah 20 raka’at dengan 10 kali salam selain shalat
witir. Dan itu dilaksanakan dengan 5 kali istirahat, sedangkan istirahat
dilakukan setiap 4 raka’at 2 kali salam (sudah selesai 2 shalat tarawih). Imam
Abu Hanifah beserta ashhabnya, Ahmad bin Hanbal, Daud Ad-Dhahiri dan selain
mereka berpegang dengan pendapat ini. Al-Qadli ‘Iyadl mengutip pendapat ini
dari mayoritas ulama. Sementara diriwayatkan bahwa Al-Aswad bin Mazid
melaksanakan shalat tarawih sebanyak 40 raka’at dan witir 7 raka’at. Adapun
Imam Malik berpendapat, tarawih sebanyak 39 raka’at, termasuk witir didalamnya
3 raka’at.”
‘Alauddin Abu Bakar al-Kasani
(w. 587 H) – ulama Hanafi-, dalam kitab Badi’i’ al-Shana’i’ menyebutkan
perbedaan jumlah raka’at tarawih sebagai berikut:
وَأَمَّا قَدْرُهَا فَعِشْرُونَ
رَكْعَةً فِي عَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ، فِي خَمْسِ تَرْوِيحَاتٍ كُلُّ تَسْلِيمَتَيْنِ
تَرْوِيحَةٌ وَهَذَا قَوْلُ عَامَّةِ الْعُلَمَاءِ. وَقَالَ مَالِكٌ فِي قَوْلٍ:
سِتَّةٌ وَثَلَاثُونَ رَكْعَةً، وَفِي قَوْلٍ سِتَّةٌ وَعِشْرُونَ رَكْعَةً،
وَالصَّحِيحُ قَوْلُ الْعَامَّةِ لِمَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ – رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ – جَمَعَ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –
فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَصَلَّى بِهِمْ فِي كُلِّ
لَيْلَةٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً، وَلَمْ يُنْكِرْ أَحَدٌ عَلَيْهِ فَيَكُونُ
إجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ.
“Adapun jumlah shalat
tarawih adalah 20 raka’at 10 kali salam, 5 kali istirahat, setiap 2 kali
salam 1 kali istirahat, dan ini qaul (pendapat) umumnya ulama. Sementara Imam
Malik didalam satu pendapat adalah 36 raka’at, dan dalam satu pendapat yg lain
adalah 26 raka’at. Dan pendapat yang shahih adalah pendapat kebanyakan ulama,
berdasarkan yang diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab ra. mengumpulkan para
sahabat pada bulan Ramadhan bermakmum pada Ubay bin Ka’ab, maka mereka shalat
setiap malam 20 raka’at, tidak seorang pun mengingkarinya sehingga
menjadi sebuah ijma’ shahabat atas hal tersebut”.
Ibnu Rusyd (w. 595 H) -ulama
Maliki-, didalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menyebutkan
sebagai berikut:
وَاخْتَلَفُوا فِي الْمُخْتَارِ
مِنْ عَدَدِ الرَّكَعَاتِ الَّتِي يَقُومُ بِهَا النَّاسُ فِي رَمَضَانَ:
فَاخْتَارَ مَالِكٌ فِي أَحَدِ قَوْلَيْهِ، وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيُّ،
وَأَحْمَدُ، وَداود: الْقِيَامَ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً سِوَى الْوِتْرِ، وَذَكَرَ
ابْنُ الْقَاسِمِ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ يَسْتَحْسِنُ سِتًّا وَثَلَاثِينَ
رَكْعَةً وَالْوِتْرَ ثَلَاثٌ.
“Ulama berselisih pendapat
didalam Al-Mukhtar daripada jumlah raka’at shalat tarawih yang dilaksanakan
oleh masyarakat dibulan Ramadhan: Imam Malik memilih pada satu diantara dua
qaulnya, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, Ahmad dan Daud yaitu qiyamu ramadhan
(tarawih) dilaksanakan dengan 20 raka’at selain witir. Ibnul Qasim
menyebutkan sebuah pendapat dari Imam Malik bahwa Imam Malik menganggap baik
jumlah 36 raka’at dan witir 3 raka’at”.
Selanjutnya, tokoh ulama
penting dalam Hanbali yang sering dijadikan rujukan yaitu Ibnu Qudamah (w. 620
H) didalam kitab Al-Mughni menjelaskan panjang lebar bahwa shalat tarawih
sebanyak 20 raka’at.
مَسْأَلَةٌ: قَالَ (وَقِيَامُ
شَهْرِ رَمَضَانَ عِشْرُونَ رَكْعَةً) . (يَعْنِي) (صَلَاةَ التَّرَاوِيحِ) وَهِيَ
سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، ….. فَصْلٌ: وَالْمُخْتَارُ عِنْدَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ،
رَحِمَهُ اللَّهُ، فِيهَا عِشْرُونَ رَكْعَةً. وَبِهَذَا قَالَ الثَّوْرِيُّ،
وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيُّ. وَقَالَ مَالِكٌ: سِتَّةٌ وَثَلَاثُونَ.
وَزَعَمَ أَنَّهُ الْأَمْرُ الْقَدِيمُ، وَتَعَلَّقَ بِفِعْلِ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ، فَإِنَّ صَالِحًا مَوْلَى التَّوْأَمَةِ، قَالَ: أَدْرَكْتُ
النَّاسَ يَقُومُونَ بِإِحْدَى وَأَرْبَعِينَ رَكْعَةً، يُوتِرُونَ مِنْهَا
بِخَمْسٍ.
“Masalah qiyamu ramadhan 20
raka’at, yakni shalat tarawih yang hukumnya sunnah muakkadah. Sebuah pasal,
pendapat yang dipilih (al-mukhtar) oleh Imam Ahmad rahimahullah adalah 20
raka’at. Sufyan al-Tsauri, Abu Hanifah dan Imam Syafi’i berpendapat dengan ini.
Sedangkan Imam Malik, berpendapat 36 raka’at dan mengklaim bahwa itu perkara
terdahulu (pendapat lama) serta mengkaitkan dengan amal penduduk Madinah, sebab
Shalih pembantu At-Tau’amah berkata “aku mendapati masyarakat mendirikan
tarawih 41 raka’at, termasuk witir didalamnya 5 raka’at”.
Dari beberapa referensi
berbagai kitab diatas, sangat jelas adanya perbedaan ulama mengenai jumlah
raka’at shalat tarawih, walaupun jumlah 20 raka’at merupakan praktik yang
dilaksanakan oleh umumnya umat Islam sejak dahulu.
Dalam kitab fiqih kontemporer
yang berisi tentang perbandingan madzhab, seperti al-Fiqhu ala Madzahibil
Arba’ah, perbedaan jumlah raka’at tersebut juga sangat nampak sekali. Meskipun
pada akhirnya setelah memaparkan panjang lebar, Abdurrahman Al-Jazairi
menjelaskan sebagai berikut:
وقد ثبت أن صلاة التراويح عشرون
ركعة سوى الوتر. المالكية قالوا: عدد التراويح عشرون ركعة سوى الشفع والوتر
“Dan telah ditetapkan
bahwa shalat tarawih adalah 20 raka’at selain witir. (Catatan kaki) Ulama
Malikiyah berpendapat jumlahnya 20 raka’at, selain raka’at genap dan ganjil
(witir)”.
Demikian perbedaan ulama
mengenai jumlah raka’at shalat tarawih berdasarkan kitab-kitab mu’tabar didalam
madzhab masing-masing, dan satu kitab kontemporer tentang perbandingan madzhab.
0 Response to "PERBEDAAN JUMLAH RAKAAT SHALAT TARAWIH ALA KITAB KUNING ULAMA MAZHAB ILMU PESANTREN"
Posting Komentar